NONA NANONANO

Kamis, 15 Oktober 2009

JANGAN BILANG MAMA

Langkah kecil itu begitu ceria... 
langkah tanpa beban hidup, seperti seorang yang begitu menikmati kerasnya hidup di dunia ini. 
Siang itu, cuaca agak mendung, awan hitam tidak memberi kesempatan kepada matahari untuk bebas bersinar seperti hari hari biasanya. 
Gita mengayunkan langkah nya untuk kembali ke rutinitas sehari hari nya, setelah dia pulang dari sekolah siang ini. 
Gadis kecil berkulit sawo matang, bermata coklat dan punya bentuk gigi ginsul, dengan panjang rambut sebahunya yang sering ia kuncir dua, 
yang juga menjadi mode andalannya itu, memang selalu ceria menjalani hari harinya bersama dengan adiknya Bibin, yang masih duduk di bangku TK. 
Sementara Gita sendiri masih duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar. 
Brigitta perez dan Robin Perez terpaut 5tahun, dan Gita begitu sayang pada Bibin 
(begitu nama kecil yang di beri Gita untuk Robin). 

*** "slamat siang mama" ucap Gita sambil mencium tangan sang Bunda, yang mungkin sedari tadi menunggu kepulangan nya. 

"siang juga Gita ..." 
"mama, hari ini Gita gak ada PR jadi, Gita boleh ya baca buku cerita dan bermain dengan teman teman Gita. boleh ya, ma?" tanya Gita penuh semangat, sambil dengan telaten melepas sepatu yang masih melekat di kaki mungilnya itu. 

"iya, mama ijinkan. Tapi, kali ini kamu 'gak boleh main keluar. 
Kamu mama ijinkan membaca buku cerita yang kamu pinjam itu. 
Mama mau keluar. dengar itu gita ?" ucap mamanya menegaskan 

"iya mama ... trus, Bibin tinggal ma gita?" 
"Bibin nanti sama mama. oya, nanti ... mama juga bakal sampai malam karna mama masih     mampir di tempatnya tante Tita. Gita bilang sama Papa kalau Papa sudah pulang kantor   nanti. Kamu juga jangan sampai tidak tidur siang. Bilang kak'Martha untuk buatin air hangat   untuk mandi sore mu" 
"iya mama, nanti gita bilangin ke Papa juga ke kak'Martha kalau sudah pulang nanti. Gita janji, Gita akan jadi anak yang baik selama mama gak ada di rumah nanti" 
"ya sudah, kamu makan dulu baru main ... mama mau berangkat dulu ya..." 
"hati hati mama, da...da...da... Bibin" 
Gita lalu melambaikan tangan nya pada Bibin setelah menciumi kedua pipi adenya dan lalu menggembok pintu pagar rumah. 

*** Titttt ... titttt ... bunyi klakson motor itu membuyarkan konsentrasi Gita kecil yang sedang asyik dengan buku cerita favoritnya RosaSelarose yang baru di pinjamnya dari perpustakaan sekolah sepulang tadi. Buru buru ia bangkit berdiri dan belari ke depan untuk membuka pintu pagar. Gita sudah hafal betul, bunyi klakson motor sang ayah setiap kali kalau pulang dari kantor. 
"selamat siang Papa... selamat pulang" itulah ucapan sambutan yang di berikan untuk sang ayah dari Gita maupun Bibin, bila sang ayah pulang dari kantor. 
Gita lalu menerima tas kantor milik ayahnya tersebut dan menaruhnya di tempat yang sudah di siapkan, tidak lama kemudian, Gita keluar dengan segelas air putih di tangannya yang siap untuk di berikan kepada sang ayah. 
"makasih sayang. Bibin mana? mama juga? kok gak kelihatan?" 
tanya ayah padanya setelah meneguk air putih yang di bawakan Gita, sementara Gita, seperti biasa, dengan telaten mengerjakan salah satu tugas rutinnya, membuka sepatu dan kaos kaki yang melekat di kaki sang ayah. 

"Mama dan Bibin, pergi ke rumah tante Tita. ka'Martha belum pulang. kata mama: baru pulang nanti malam" 
"ya sudah ... kalu gitu. biar nanti Papa yang ambil makannya sendiri. Gita tadi lagi ngapain?" "lagi sementara baca buku cerita Papa ..." 
"kalo gitu, Gita lanjutin aja baca buku ceritanya" 
"iya, terima kasih papa..." senyum manis terukir di bibir mungil Gita. 
Sesaat gita sudah kembali di atas tempat tidurnya dan kembali menekuni cerita yang di design full collor tersebut. 

*** Waktu sudah menunjukan pukul 01.00pm, Gita kecil sudah setengah tertidur dan bermimpi tentang cerita RosaSelarosa. Dari balik pintu yang tidak terkunci itu, sang ayah lalu masuk dan mendekatinya.
Sesaat terlihat, ayah tersenyum. 'Ntah apa yang di pikirkan oleh sang ayah. Satu kecupan mendarat di kening Gita dari sang ayah yang akhirnya lalu menyadarkan Gita. 
Sambil mengucak ngucak matanya "papa..." 
"coba lihat, apa yang papa bawa untuk Gita..." 
"permen ya Pa?" gita balik bertanya 
"pinter" 
"buat Gita dan Bibin ya Pa ...?" 
"hari ini hanya buat Gita saja, kan Bibinnya lagi sama mama" 
"tapi permennya banyak Pa, Gita mau ninggalin buat Bibin juga ..." 
"ya udah, terserah Gita. 'kan permennya sudah jadi milik Gita" 
"terima kasih Papa" ucap Gita dengan penuh semangat. 
Gita lalu memeluk Papa nya dan menciumi kedua pipi Papanya, namun ... siang itu, 'ntah apa yang ada dalam pikiran sang ayah, 'ntah apa yang merasuki pikiran sang ayah,  Gita hanya bisa pasrah tanpa melawan. Kekuatan Gita kecil untuk melawan sang ayah tidak seberapa besar di banding tenaga sang ayah. Sesekali Gita terdengar merintih kesakitan namun, ia benar benar tak kuasa. Sang ayah yang tanpa belas kasihan terus menodai anaknya sendiri. saat Gita terduduk di sudut tempat tidur, dia hanya terdiam, terisak, pandangannya menerawang jauh, matanya berkaca-kaca. sekali lagi Gita seperti berusaha menahan isak tangis yang dalam. Samar - samar dia mendengar suara yang memanggilnya. 

"Gitaa... Gitaaa ..." 
"iya Papa ..." 
kepalanya masih tertunduk, dengan suara yang hampir tidak terdengar sama sekali. 
"Gita, jangan bilang mama ya?" sambil mengusap kepala mungilnya. Lama ia berpikir. 
'Ntah apa yang sedang di pikirkan oleh sang Gita kecil, airmatanya lalu menetes membasahi pipinya. sementara sang ayah, lalu berjalan keluar dengan langkah yang terlihat tanpa sedikitpun merasa bersalah meniggalkan Gita yang masih meneteskan air mata dan dengan keadaan (maaf) setengah tak berbusana. Gita lalu menjawab dalam hatinya. 

"iya Papa, Gita janji! Gita tidak akan bilang ke mama" Gita belum terlalu mengerti benar tentang apa yang baru saja ia alami. 
Tetapi hatinya seperti benar benar sangat hancur, memikirkan perlakuan sang ayah terhadapnya. Perlakuan yang tidak seharusnya dilakukan oleh sang ayah terhadap sang anak.

Semua rasanya runtuh, Gita tidak mengerti, apa ini?, apa ini?, apa yang terjadi?.
Gita masih terlalu kecil memang untuk mengerti tentang ini.
Hingga larut ketika Mama dan Bibin kembali, semua terlihat biasa.
Beberapa kali Gita berharap Mama bisa memberi pertanyaan, Mama bisa merasakan apa yang sedang Gita tutup tutupi tapi sayang, Mama tidak terlalu peka membaca Gita. 

Hari-hari kembali berlalu seperti biasa, dan ayah menampakan diri seperti tidak 
terjadi apa apa antara mereka. Semua terasa baik baik saja. 
Gita selalu memiliki ketakutan jika Gita harus sendiri dengan ayah.
Sejak kejadian itu, adalah yang pertama dan terakhir kalinya ayah menyentuhnya seintim itu.

Lagi-lagi Gita terus menyalahkan dirinya yang adalah anak nakal dan tidak patuh, 
Gita menerimanya sebagai suatu hukuman dari ayah untuknya. 


 *** Sudah sepuluh tahun berlalu sejak kejadian itu. Gita kecil yang penurut dan periang itu sudah tumbuh menjadi gadis manis yang anggun dan dewasa. Tetapi, dia bukan Gita kecil yang penurut dan periang seperti dulu. Gita tumbuh menjadi seorang gadis yang tertutup, pemalu, bahkan tidak percaya diri, menutup diri dengan lingkungan. 
Gita ini adalah Gita yang masih tetap dengan janjinya 

"Gita tidak akan bilang Mama" dan Gita yang berpikir 
"biarlah Gita yang menjadi korban. Jangan sampai kebahagiaan Bunda, aku rebut, 
hanya dengan cerita seorang Gita kecil yang polos dan yang belum tentu juga di percayai oleh semua orang. 
Biarlah Gita tetap bertahan dengan janjinya. 
JANJI untuk TIDAK AKAN BILANG KE MAMA" 

*** "Gittt ... Git...Gitaaaa ...!!!" 
"iya ..." 
teriakan Ronald membuyarkan lamunannya, saat ia sedang duduk di bawa pohon lamtoro yang ada di depan ruang fakultas kampusnya. 

"ngapain kamu sendirian di situ?" 
"haa...ngg...nggak kok" 
"ya udah, buruan masuk kelas. Pak Anton nya sudah datang tuhhh ..." 
"oh, ya... makasih ya Nald" 

Gita lalu melangkah masuk ke kelas dengan memamerkan senyum terima kasihnya untuk Ronald yang sudah mengingatkannya segera masuk kelas. [tamat]







[write. Adelweis/Pavilliun 3c block O 23022007]












11 Komentar:

Blogger Nona nanonano mengatakan...

ini komentAr dAri :Ika Omalor

aduh pung sedih le,,, demi kebahagiaan seorang ma2, gita rela luka yg sangat menyakitkan ia tanggung sndirian.... dasar ayah keparat....!!!!

30 September jam 20:07

21 Oktober 2009 pukul 10.16  
Blogger Nona nanonano mengatakan...

ini komentAr dari: Toga Sidauruk

bagus.. bagus bgt...
taste sdh dpt, hanya mslh penempatan bahasa
yg penti bisa dimengerti, walau ada sedikit kata2 yg gak fokus & tdk perlu dihadirkan,
tp gpp kok hehehe

30 September jam 23:21

21 Oktober 2009 pukul 10.18  
Blogger Nona nanonano mengatakan...

ini komentAr dari: Jonihas Sesfao

aduh... pung sedih lai...
hal tersebut hanya berlaku bagi binatang dan bukan tuk manusia. Jadi kalau seorang ayah melakukan hal tersebut maka ia bukan seorang ayah tapi seekor binatang kaleeeeeeee

01 Oktober jam 16:13 ·

21 Oktober 2009 pukul 10.19  
Blogger Nona nanonano mengatakan...

ini komentAr dAri : Gresisce Manegeng

bagus banget cara penyampaiannya .....keliatannya kamu emang suka menulis ya Mia :)

01 Oktober jam 17:11

21 Oktober 2009 pukul 10.21  
Blogger Nona nanonano mengatakan...

ini komentAr dAri: Yozzy Lanus

ow...sizt....menyentuh skali.......k2 hebat ew bisa buat nih tulisan....hehehe

01 Oktober jam 19:26

21 Oktober 2009 pukul 10.21  
Blogger Nona nanonano mengatakan...

ini komentAr dari: Joel Seran

ahaaa....
noy jangan bwt sedih ow....
nanti kebanjiran d mata.

01 Oktober jam 21:12

21 Oktober 2009 pukul 10.23  
Blogger Nona nanonano mengatakan...

ini komentAr dAri: Yandi Christian

overall, itz a nice story siztaa...^^
(tapi hes diinget, semua kebohongan, apapun bentuk & alasannya, tetaplah sebuah dosa...^^)

02 Oktober jam 10:28

21 Oktober 2009 pukul 10.25  
Blogger Nona nanonano mengatakan...

ini komentAr dAri: Alief M Tofa

bgus crita na,.
te2p pertahankan y,, jgn smpai luntur ntu imajinasi,,
huakakakaka.,,

14 Oktober jam 14:20

21 Oktober 2009 pukul 10.26  
Blogger Nona nanonano mengatakan...

ini komentAr dAri: Peter Manek

alur ceritanya mendadak berubah, dari ayah yang sayang ke ayah yang bejad, tanpa ada gejala awal yang mencurigakan.

15 Oktober jam 4:58

21 Oktober 2009 pukul 10.26  
Blogger Nona nanonano mengatakan...

ini komentAr dAri: Laney Khu

Pokok é gw vote "ĿÎiiiÎĶeËe" banget d..
ε(- ^________^ -)з

KÊëÊyêËên..
Next time, klo bikin notes, gw d'tag ÐuÜünk, siztaaah..... Baca Selengkapnya
So.. Gw selalu update klo ada postingan br dr lo..

Keep on writin'..
ツ.:♓⌣ H☺ ♓⌣ H☺:.ツ

14 Oktober jam 23:18

21 Oktober 2009 pukul 10.28  
Anonymous jojimbo mengatakan...

4 jempol !!! ...
ampe sonde rasa aer mata su malelel ne.. ..
salam kenal aja...

21 Maret 2010 pukul 05.16  

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda